Penangkapan Tuna Berkelanjutan Kunci untuk Melindungi Spesies

Salad tuna, Roti isi tuna, Panggang ikan tuna, Pizza tuna, Sushi tuna, panggang, goreng atau mentah. Tidak diragukan lagi tuna sangat populer. Tuna yang kaya akan Omega-3, mineral, protein, dan vitamin B12, telah mengalami keberhasilan nutrisi yang menyebabkan penangkapan ikan secara berlebihan. Ketika dunia berusaha memuaskan seleranya terhadap makanan populer tersebut, ikan tuna dewasa ditangkap lebih cepat daripada kemampuan mereka untuk berkembang biak.

Pada tahun 2011, Persatuan Internasional untuk Konservasi Alam mengklasifikasikan tujuh dari 61 spesies tuna yang diketahui ke dalam kategori terancam, dan berada pada risiko kepunahan yang serius. Jumlah tuna juga berkurang akibat perubahan iklim, yang mengakibatkan deoksigenasi lautan yang memanas, sehingga mengancam kelangsungan hidup biota laut seperti tuna, yang membutuhkan oksigen karena ukurannya yang besar.

Tanggal 2 Mei diperingati sebagai Hari Tuna Sedunia PBB, sebuah acara yang dimulai pada tahun 2016 ketika Majelis Umum PBB melakukan pemungutan suara dalam sebuah resolusi untuk menyoroti penangkapan ikan tuna yang berlebihan.

 

Nafsu makan bertambah

Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) Perserikatan Bangsa-Bangsa menemukan bahwa selama lockdown global pada tahun 2020, konsumsi tuna kalengan meningkat. Lebih dari tujuh juta metrik ton tuna dan spesies sejenis tuna dipanen setiap tahun, dimana 33,3 persen di antaranya ditangkap pada tingkat yang secara biologis tidak berkelanjutan. Tuna menyumbang 20 persen dari nilai seluruh perikanan laut yang ditangkap dan lebih dari delapan persen dari seluruh makanan laut yang diperdagangkan secara global.

Untuk memastikan pengelolaan perikanan tuna yang lebih berkelanjutan, Fasilitas Lingkungan Global (GEF), dan mitranya termasuk Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNEP), ikut mendanai dan melaksanakan program lima tahun senilai USD50 juta. Program tersebut, yang dikenal sebagai Pengelolaan Perikanan Berkelanjutan Global dan Keanekaragaman Hayati di Area di Luar Yurisdiksi Nasional (ABNJ), dipimpin oleh FAO.

 

Risiko rantai pasokan

Banyak negara bergantung pada tuna untuk ketahanan pangan, pembangunan ekonomi, lapangan kerja dan menghasilkan pendapatan pemerintah. Lebih dari 80 negara memiliki perikanan tuna dan ratusan ribu orang bergantung pada penangkapan ikan untuk mata pencaharian mereka.

Samudera Hindia merupakan lokasi perikanan tuna terbesar kedua di dunia, sehingga menawarkan potensi besar bagi negara dan komunitas nelayan untuk memperoleh manfaat ekonomi.

Namun, perikanan tuna dikaitkan dengan risiko rantai pasokan yang besar seperti penangkapan ikan berlebihan, penangkapan ikan ilegal, tidak dilaporkan dan tidak diatur (IUU) dan tangkapan sampingan (bagian dari tangkapan yang tidak ditargetkan dan dibuang mati) dari spesies yang terancam dan hampir punah. Kegiatan-kegiatan ini mengancam keberlanjutan perikanan, ekosistem laut, dan penghidupan.

 

Tanda-tanda Kemajuan

Hingga saat ini, program ABNJ telah mencapai kemajuan luar biasa dalam melindungi keanekaragaman hayati perairan internasional dengan memastikan stok tuna tetap sehat, dampak terhadap ekosistem dapat diminimalkan, dan perikanan global dikelola dengan baik.

Misalnya, program ini menunjukkan bahwa antara tahun 2014 hingga 2019, jumlah stok tuna yang mengalami penangkapan ikan berlebihan turun dari 13 menjadi lima. Membangun kembali delapan stok ikan untuk mencapai tingkat yang sehat bukanlah hal yang mudah. Selain itu, tangkapan sampingan dan polusi laut telah berkurang.

Pada tahap terakhir, Program ini mengembangkan dan menguji perangkat pengumpul ikan yang tidak terjerat dan ramah laut yang digunakan untuk menarik ikan. Program ini juga menyelenggarakan lokakarya dengan lebih dari 2.500 nelayan dari 22 negara mengenai teknik mitigasi tangkapan sampingan.

Sinikinesh Beyene Jimma kepala Unit Perairan Internasional GEF UNEP mengatakan: “Investasi Fasilitas Lingkungan Global dalam proyek dan program Perairan Internasional seperti Common Oceans ABNJ menyatukan para pemangku kepentingan untuk berkolaborasi dalam pendekatan berbasis ilmu pengetahuan dalam konservasi dan pengelolaan tuna dan ikan lainnya. Melalui acara seperti Hari Tuna Sedunia, kami berharap dapat meningkatkan kesadaran akan keseimbangan antara konsumsi kita dan kemampuan alam untuk mengimbanginya. Kami ingin masyarakat menyadari bahwa mereka dapat membeli ikan dari stok yang dikelola secara berkelanjutan dan pentingnya melakukan hal ini.”

Para ahli mengatakan bahwa negara-negara perlu terus bekerja sama dalam mengadopsi solusi berbasis bukti di sektor tuna. Hal ini harus fokus pada metode penangkapan ikan berkelanjutan yang mengurangi dampak lingkungan dan meminimalkan tangkapan sampingan. Konsumen juga dapat mengambil bagian dalam melindungi tuna dengan memastikan tuna yang mereka beli bersifat lestari.

Sumber: https://www.unep.org/news-and-stories/story/sustainable-tuna-fishing-key-protect-species

0
    0
    Keranjang Belanja
    Keranjang Anda kosong!Kembali Belanja